Perjalanan Setelah Beriman

 Hati-hati di Jalan

Perjalanan setelah beriman
Hidup adalah perjalanan, semoga selamat sampai tujuan 

Live is a journey, not a destination

Demikianlah ungkapan alternatif dalam Bahasa Inggris yang artinya kurang-lebih: Hidup adalah sebuah perjalanan, bukan tujuan. Kiranya pepatah ini tidak bertentangan dengan prinsip ajaran Islam. Memang demikianlah Islam dalam memandang kehidupan.

Demikian pula halnya berkaitan dengan iman. Saat iman sudah ada dalam dada maka ia bukan lagi menjadi tujuan. Setelah beriman, lalu apa yang berikutnya? 

Iman tentu saja merupakan anugerah berharga yang dimiliki oleh umat Islam. Namun hanya dengan menyatakan telah beriman tidak lantas membuat kehidupan diliputi oleh keberuntungan. Harus ada tindak lanjut dari iman yang telah dimiliki. 

Ada perjalanan iman yang harus dilaksanakan agar mendapatkan kebahagiaan sebagai umat Islam. Iman bukanlah doktrin buta yang tidak bisa dilaksanakan. Justru sebaliknya iman merupakan panduan dalam mempraktekkan keimanan itu sendiri.

Sebagai contoh jika kita beriman kepada kitab-kitab Allah maka kita beriman kepada Al-Quran maka kita akan melaksanakan apa-apa yang terkandung di dalam Alquran. Kita beriman kepada para malaikat diantaranya ada beriman kepada malaikat Raqib dan Atid yang senantiasa mencatat amal baik dan amal buruk manusia. Di antara tata cara beriman kepada malaikat Raqib dan Atid adalah senantiasa berhati-hati dalam melakukan tindakan ataupun perbuatan karena semua terdapat dengan jelas dan akan dipertanggungjawabkan.

Maka dari itu hal penting setelah beriman adalah beramal alias mempraktikkan iman tersebut ke dalam kehidupan sehari-hari. Orang yang beriman akan senantiasa mengingat imannya sebagai patokan dan memperkokohnya dengan tindakan nyata. Sebagai contoh segala perbuatan baik yang kita lakukan akan selalu kita sandingkan atau kita nisbatkan kepada Allah dan karena Allah subhanahu wa ta'ala. 

Iman membawa konsekuensi logis dan spiritual. Sebab konsekuensi yang kelak berdampak di hari kiamat itu maka kita selalu mempersiapkan kehidupan kita dengan amalan yang dapat membawa keberuntungan di akhirat kelak. Karena hari kiamat sudah pasti datangnya, dan kehidupan ini sudah pasti berlalu. Semua itu merupakan ketetapan takdir dan kehendak Allah subhanahu wa ta'ala. Dengan demikian maka setiap sendi kehidupan orang yang beriman adalah buah dari praktik keimanannya.

Allah telah menyatakan bahwa sebenarnya beriman itu tidaklah sulit jika mau menundukkan diri kepada Allah. Tantangannya adalah membuat iman menjadi komitmen yang harus dibuktikan secara terus-menerus oleh orang yang beriman. Komitmen inilah yang senantiasa diawasi oleh Allah subhanahu wa ta'ala agar mendapatkan predikat sebagai abdullah alias hamba Allah yang diridai. 

Menjadi hamba berarti menyerahkan sepenuhnya diri kita kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Bukan dengan sikap pasrah putus asa. Tapi sebaliknya menyerah kepada Allah subhanahu wa ta'ala berarti melakukan usaha yang terbaik, melakukan amalan yang terbaik dengan keyakinan bahwa Allah telah menetapkan semuanya yang terbaik untuk kehidupan kita apapun hasil akhir yang akan kita dapatkan.

Allah telah menjamin bahwa barang siapa yang mengatakan 'Tuhanku adalah Allah' kemudian setia dalam beramal saleh, mengamalkan ilmunya, mengamalkan imannya, maka Allah akan membuatnya, Allah akan menjadikan baginya tidak memiliki rasa takut dan tidak ada rasa sedih selama menjalani kehidupan di dunia ini. Apalagi kelak di akhirat.

Di dunia dengan komitmen keimanan itu dia akan mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan, sementara di akhirat kelak Allah akan membalas dengan kehidupan yang lebih baik daripada yang telah di dapat di dunia, yakni surga Allah dan rida-Nya.

Kiranya perlu diperhatikan bahwa iman bukanlah hal statis yang tidak berubah. Sebagaimana telah dijelaskan oleh Rasulullah bahwa Iman dapat bertambah ketebalan cahayanya dan dapat pula berkurang. Cahaya Iman dapat meredup atau menguat bergantung pada keadaan hati dan amal orang yang beriman. Iman bergantung pada kekuatan keyakinan yang dimiliki.

Agar iman tetap kuat kita selalu mendoa kepada Allah subhanahu wa ta'ala agar selalu tetap dalam keimanan, selalu istiqamah dalam menjalankan perintah-Nya. Kita juga selalu meminta dijauhkan dari godaan-godaan kehidupan duniawi yang tampak menyenangkan tetapi menipu, dari hawa yang melingkupi nafsu yang tak lain adalah diri sendiri, dan dari bisikan-bisikan atau godaan-godaan setan yang senantiasa mengibuli-mengelabui. Semua itu adalah ujian iman.

Iman yang terbaik adalah iman yang tidak berubah dalam segala kondisi dan justru semakin menebal semakin menguat keyakinannya kepada Allah subhanahu wa ta'ala kapan pun ujian datang melanda. Bahkan orang yang telah merasakan manisnya iman kepada Allah subhanahu wa ta'ala tidak akan merasakan cobaan sebagai hal yang memberatkan, tetapi justru ia akan menganggap bahwa segala sesuatu yang datang dari Allah adalah pemberian berharga, yaitu pemberian yang tidak diberikan oleh Allah kepada hamba yang lain, menjadikannya unik, dengan demikian ia mampu senantiasa bersabar dan bersyukur kepada Allah subhanahu wata'ala.

Wallahul muwafiq ila aqwamit-thariq.

Posting Komentar untuk "Perjalanan Setelah Beriman "